Terkatup sudah tirai jendela
Yang selalu mengintai-ngintai dari kejauhan
Memerhatikan dan mengharapkan
Agar suatu hari akan terjadi keajaiban
Seperti pungguk yang menunggu bulan di dalam kegelapan
Demi perasaan yang datang tanpa paksa
Ku sentiasa menantikan saat kau menerjah keluar dari rumah
Dan menunggumu tika kau melangkah pulang dari kerja
Terasa engkau juga sedang merasai apa yang sedang ku alami
Sesekali kau menoleh ke jendela, ku rasa kan sungguh bahagia
Tak pernah ku rasakan betapa perit menunggu
Resah, terasa kosong andai terlepas detik itu
Gelisah, menantikan kelibatmu meskipun tanpa bicara
Ku menjadi tak keruan, sampai bilakah harus begini
Ku tiada daya untuk bertemu dan bersua mata denganmu
Loceng pintu berbunyi, mengganggu lamunan
Ku berlari menuju ke pintu tanpa berfikir
Ayah sudah pulang , getusku
Pintu kayu ku kuak, mata ku terpandang sepasang mata yang selalu ku impikan
Dunia terasa siang yang tiada berkesudahan
Nukilan::Gopal Manikam
Yang selalu mengintai-ngintai dari kejauhan
Memerhatikan dan mengharapkan
Agar suatu hari akan terjadi keajaiban
Seperti pungguk yang menunggu bulan di dalam kegelapan
Demi perasaan yang datang tanpa paksa
Ku sentiasa menantikan saat kau menerjah keluar dari rumah
Dan menunggumu tika kau melangkah pulang dari kerja
Terasa engkau juga sedang merasai apa yang sedang ku alami
Sesekali kau menoleh ke jendela, ku rasa kan sungguh bahagia
Tak pernah ku rasakan betapa perit menunggu
Resah, terasa kosong andai terlepas detik itu
Gelisah, menantikan kelibatmu meskipun tanpa bicara
Ku menjadi tak keruan, sampai bilakah harus begini
Ku tiada daya untuk bertemu dan bersua mata denganmu
Loceng pintu berbunyi, mengganggu lamunan
Ku berlari menuju ke pintu tanpa berfikir
Ayah sudah pulang , getusku
Pintu kayu ku kuak, mata ku terpandang sepasang mata yang selalu ku impikan
Dunia terasa siang yang tiada berkesudahan
Nukilan::Gopal Manikam